Laporan terbaru yang dirilis bersama oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) kembali mengguncang kesadaran global. Dalam laporan tersebut, kedua lembaga internasional ini menegaskan bahwa jutaan buruh di seluruh dunia kini dipaksa bekerja di bawah kondisi suhu ekstrem yang mengancam kesehatan, produktivitas, bahkan nyawa mereka. Fenomena heat stress atau tekanan panas disebut meningkat secara signifikan akibat perubahan iklim, dan jika tidak segera diantisipasi, dunia akan menghadapi krisis ketenagakerjaan dan kesehatan dalam skala besar (WHO & WMO, 2025).
Ancaman panas ekstrem bukan sekadar prediksi, melainkan realitas yang sudah dialami pekerja di lapangan. Buruh sektor pertanian, konstruksi, dan manufaktur di negara-negara tropis serta subtropis adalah kelompok paling rentan. Mereka tidak memiliki pilihan selain tetap bekerja meski suhu melampaui batas aman bagi tubuh manusia. WHO mencatat bahwa paparan panas berkepanjangan dapat menyebabkan dehidrasi, kerusakan ginjal, hingga kegagalan organ vital. Lebih jauh, kondisi ini memperburuk risiko kecelakaan kerja karena berkurangnya konsentrasi dan ketahanan fisik pekerja (WHO & WMO, 2025).
Selain aspek kesehatan, dampak ekonomi dari panas ekstrem juga sangat mencemaskan. WMO menekankan bahwa hilangnya jam kerja akibat paparan panas diproyeksikan menimbulkan kerugian miliaran dolar per tahun, terutama di negara-negara berkembang yang bergantung pada tenaga kerja fisik. Kondisi ini memperlihatkan bagaimana krisis iklim secara langsung memperdalam kesenjangan global, karena negara dengan sumber daya adaptasi rendah akan paling terpukul. Laporan itu menyebutkan, tanpa regulasi dan intervensi yang memadai, dunia akan menyaksikan lonjakan kemiskinan baru akibat hilangnya mata pencaharian pekerja yang tidak lagi mampu bekerja dalam kondisi ekstrem (WHO & WMO, 2025).
WHO dan WMO menyerukan langkah-langkah konkret dari pemerintah dan sektor swasta untuk melindungi pekerja. Rekomendasi yang ditekankan antara lain penyediaan ruang istirahat yang layak, akses air bersih yang memadai, penerapan jam kerja fleksibel untuk menghindari paparan panas di siang hari, serta sistem peringatan dini terhadap gelombang panas. Namun, rekomendasi ini hanya akan bermakna jika didukung oleh komitmen politik global yang serius. Tanpa itu, buruh akan tetap dibiarkan bekerja di bawah neraka panas, dengan keselamatan dan martabat mereka terus dipertaruhkan demi roda ekonomi. Seruan WHO-WMO menjadi alarm keras bahwa isu perubahan iklim bukan lagi sekadar agenda lingkungan, tetapi krisis kemanusiaan yang membutuhkan respons segera dan terkoordinasi.
Referensi:
World Health Organization (WHO), & World Meteorological Organization (WMO). (2025, August 22). WHO and WMO issue new report and guidance to protect workers from increasing heat stress. World Health Organization. https://www.who.int/news/item/22-08-2025-who-wmo-issue-new-report-and-guidance-to-protect-workers-from-increasing-heat-stress